Lepas Kendali

Dulu, ketika masih di seminari, saya punya prinsip bahwa ajaran agama (bagi orang modern) itu harus mencerahkan. Maksud “mencerahkan” di situ tentu saja kala itu saya maknai sebagai segala sesuatu yang berkebalikan dari ajaran agama (tradisional) yang penuh takhayul, mitologis, mistis, dan tak rasional. Anggapan yang sempit ini cukup lama saya pegang hingga suatu ketika TUHAN menyingkapkan lapisan dan dimensi kebenaran yang lainnya pada saya. Apa itu? Selain harus mencerahkan, ajaran agama juga harus membawa penganutnya bangun (sadar) dari mimpi (ilusi).

Iya. Dunia ini banyak menanamkan mimpi dan ilusi yang kita hayati begitu saja tanpa kritik, layaknya itu sebuah kenyataan. Salah satu ilusi itu adalah bahwa kita manusia adalah mahluk yang otonom; yaitu, mahluk yang bebas merdeka untuk dapat menentukan arah kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, manusia berilusi bahwa ia memiliki kendali alilas kontrol atas kehidupannya.

Dialog dalam Yohanes 21, yang merupakan dialog antara Yesus dengan Petrus menunjukkan, kepercayaan bahwa manusia itu otonom dan memiliki kendali penuh atas kehidupannya sendiri adalah tidak benar (atau lebih tepatnya separuh benar). Yesus, dalam teks tersebut, mengingatkan Petrus dengan sebuah perumpamaan sebagai berikut;
“Sesungguhnya, ketika engkau masih muda, engkau (bebas) memilih dan (mampu) memakai sendiri baju yang engkau pilih. Engkau juga bebas dan mampu melangkahkan kaki ke mana pun engkau mau. Tetapi ketika engkau sudah menua, untuk memakai baju saja engkau harus dibantu oleh orang lain dan hidup akan membawamu ke tempat-tempat yang tidak kau kehendaki.” (Yoh. 21:18)

Arti perkataan Yesus ini adalah, memang ketika kita masih muda, kesempatan untuk menentukan (jalan) kehidupan kita sendiri masih terbuka lebar. Tetapi lambat laun, seiring usia, kesempatan dan kebebasan untuk mengendalikan kehidupan kita sendiri itu akan semakin tertutup. Dengan kata lain, seiring bertambahnya usia, kita diminta untuk menyadari fakta bahwa hidup kita mesti lebih banyak berserahnya ketimbang ngotot-ngoyo berusaha keras untuk mengendalikan arah kehidupan kita ke jalur yang kita kehendaki. Mustahil! Sia-sia saja anda melakukannya. Anda akan stress dan mungkin malah akan kehilangan akal.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Terhadap kehidupan kita, jelas tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita cukup berserah saja dan percaya bahwa TUHAN yang akan mengatur segala sesuatunya. Sementara itu, ada satu hal yang masih bisa kita lakukan. Dan itu justru tidak terkait dengan kehidupan kita. Apa itu?

Persis sebelumnya, Yesus bertanya kepada Petrus, apakah Petrus benar-benar mengasihi Yesus. Tiga kali Yesus bertanya hal ini kepada Petrus. Setelah mendengar jawaban Petrus, Yesus berpesan, “Gembalakanlah domba-dombaku”. Rupanya, satu-satunya hal yang masih bisa kita lakukan adalah memperhatikan kehidupan orang lain, yaitu sesama kita, tetangga kita, kenalan kita atau siapapun yang berada di sekitar kita. Pesan Yesus pada Petrus ini tentu juga berlaku untuk kita semua. Bukan hanya untuk para gembala sidang atau para pelayan di gereja.

Jadi, memang betul bahwa semakin kita menua, kita akan semakin kehilangan kendali atas kehidupan kita sendiri. Tapi kita tidak perlu khawatir karena memang sejatinya sejak kita lahir ke dunia ini pun, hidup kita sudah selalu berada di dalam kendali tangan TUHAN. Kita saja yang kurang merasa dan kurang memperhatikan. Tidak ada sehelai rambutpun yang jatuh dari kepala kita tanpa seijin dan sepengetahuan TUHAN. Semakin kita menua, kita mungkin akan merasa semakin kehilangan kendali. Tapi jangan gundah dan jangan fokus di situ. TUHAN bilang, kalau kau mencintai Aku, perhatikanlah saudara-saudaramu yang lain. Jangan perhatikan diri kita sendiri. Sebab barangsiapa yang mengejar kehidupannya sendiri, justru ia akan kehilangan kehidupannya itu. (Matius 10:39)

Leave a comment